MAKALAH
TAFSIR AYAT TARBAWI
TENTANG
Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
Tafsir Surat Al-Mumtahanah 6:8-9, Tafsir Surat Ali Imran 3:118,
Tafsir Surat Al-Maidah
5:5, dan Tafsir Surat Al-Kafirun 109:1-6
Disusun
Oleh :
Putri
Indah Suntari
TM. 161344
TM. 161344
Dosen Pengampu:
Yogia prihartini, M.Pd
Yogia prihartini, M.Pd
Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan:
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II Pokok Bahasan:
Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
2.1 Tafsir Surat Al-Mumtahanah
6:8-9
2.2 Tafsir Surat Ali Imran 3:118
2.3
Tafsir Surat Al-Maidah
5:5
2.4
Tafsir Surat Al-Kafirun 109:1-6
BAB III Kesimpulan
BAB IV Daftar Pustaka
BAB IV Daftar Pustaka
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerukunan Hidup
Antar Umat Agama (Tafsir surat Al-Mumtahanah 60: 8-9, Ali-Imran 3: 118,
Al-Maidah 5: 5, dan Al-Kafirun 109: 1-6 ” ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
dengan mata kuliah Tafsir Ayat Tarbawi.
Shalawat serta salam senantiasa
dihaturkan untuk junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam,
beserta keluarga dan sahabatnya yang dengan setia berjuang menegakkan ajaran
Islam di muka bumi.
Selanjutnya makalah ini ditulis
dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari buku panduan yang
berkaitan dengan judul makalah, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ayat Tarbawi atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini dan juga kepada rekan-rekan yang telah mendukung sehingga
dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis
berharap, adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal
ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi penulis. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih kurang dari kata sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hubungan keimanan dengan pandangan hidup positif lebih lanjut dikemukakan
Nurcholish Madjid sebagai berikut : Iman kepada Allah, yang menumbuhkan rasa
aman dan kesadaran mengemban amanat ibali itu, menyatakan diri ke luar, dalam
sikap-sikap terbuka, percaya kepada diri sendiri (karena bersandar, yakni
(tawakkal) kepada Tuhan), dan karena kententeraman yang diperoleh dari
orientasi hidup kepada-Nya. Korelasi pandangan hidup seperti itu ialah sikap
terbuka kepada sesama manusia, dalam bentuk kesediaan yang tulus untuk
menghargai pikiran dan pendapat mereka yang otentik, kemudian mengambil dan
mengikuti mana yang terbaik.
Namun demikian, di dunia ini selain agama Islam yang ajaran dasarnya
sebagaimana disebutkan di atas, terdapat pula agama lain. Dalam perjalanan
sejarahnya, agama-agama tersebut terkadang memperlihatkan hubungan yang
harmonis dan mesra, dan terkadang memperlihatkan pula hubungan yang tegang dan
membawa malapetaka. Khusus mengenai hubungan anatara Islam dan Kristen
misalnya,dikemukan oleh Alwi Shihab sebagai berikut:
Agama Kristen telah berhubungan dengan agama Islam selama lebih dari empat
belas abad. Rentang waktu yang begitu panjang dan terus menerus dalam hubungan
itu telah menjadi saksi dari berbagai perubahan dan naik-turunya batas-batas
kebudayaan dan teritorial anatara keduanya. Ia juga ditandai dengan periode
panjang konfrontasi sekaligus kerja sama yang produktif. Tetapi bagaimanapun
juga, pola hubungan yang paling dominan anatara kedua tradisi keimanan ini
adalah permusuhan, kebencian, dan kencurigaan, ketimbang persahabatan dan
saling memahami.
Demikian pula hubungan Islam dengan Agama Hindu yang tejadi di India,
hingga kini banyak diwarnai konflik dan permusuhan serta perperangan yang
menelan korban jiwa. Keadaan ini pada gilirannya mendorong untuk mempertanyakan
ajaran dasar masing-masing. Yaitu apakah sumber konflik itu berasal dari ajaran
dasar masing-masing agama tersebut, atau sebab lain yang kemudian
mengatasnamakan agama? Jika memang berdasar pada ajaran agama masing-masing,
maka peran dan fungsi agama sebagai pedoman yang dapat menciptakan keadaan yang
aman dan tenang menjadi tidak relevan lagi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
membawa kita untuk mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana sebenarnya ajaran
Islam pada khususnya dan ajaran agama lainnya dalam menata hubungan dengan
agama-agama lain yang ada di dunia ini. Oleh karena itu dibahas lebih lanjut
dalam makalah ini dengan konsep Al-Quran.
1.2
Rumusan Masalah
- Bagaimana Tafsir Surat Al-Mumtahanah 6:8-9?
- Bagaimana Tafsir Surat Ali Imran 3:118?
- Bagaimana Tafsir Surat Al-Maidah
5:5?
- Bagaimanaa Tafsir Surat Al-Kafirun 109:1-6?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk Memenuhi Tugas Makalah
Mata Kuliah Tafsir Ayat Tarbawi.
2.
Untuk Memahami
Pentingnya Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama.
3.
Untuk Mengetahui
Tafsir Surat Al-Qur’an Mengenai Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Tafsir Surat Al-Mumtahanah 6: 8-9
Al-Qur’an menggambarkan adanya orang-orang penganut agama lain (Yahudi, Nasrani, Penyembah bintang, dan lain-lain) sebagai orang yang baik, berdamai, toleran, dan bersahabat. Hal ini terjadi karena agama yang mereka anut belum ditumpangi pengaruh-pengaruh keduniaan yang bersifat temporer, seperti ekonomi, politik, dan sebagainya. Agama yang mereka anut diikat oleh perasaan kemanusiaan, keharusan berbuat adil dan ketuhanan yang bersifat universal dan lintas etnis, budaya, bangsa dan sebagainya. Dengan demikian perbedaan agama tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berbuat adil dan kemanusiaan. Kenyataan inilah yang diungkapkan dalam surat al-Mumtahanah ayat 8 di bawah ini.
لاينهكم الله عن الذ ين لم يقتلو كم فى الد ين و لم يخرجو كم من دير كم ان تبروهم وتقسطوا ا ليهم ان الله يهب المقسطين
Allah
tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama
dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Namun
bersamaan dengan itu, al-Qur’an secara obyektif menginformasikan adanya
orang-orang yang berlainan agama yang bertindak memusuhi dan memerangi ummat
Islam, yang disebabkan karena faktor-faktor yang berada di luar agama, yakni
faktor ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya sebagaimana tersebut di
atas. Adanya realitas seperti ini dinyatakan dalam surat al-Mumtahanah ayat 9
berikut ini.
انما ينهكم الله عن الذ ين قتلو كم فى الد ين واخر جو كم من دياركم وظهروا
على اجرا جكم ان تولوهم ومن يتو لهم فاولئك هم الظلمون
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim
2.2
Tafsir Surat Ali’ Imran ayat 118
Terhadap orang-orang yang memusuhi ummat Islam, Allah SWT mengingatkan agar bertindak waspada dan hati-hati. Mereka senantiasa mengintai orang-orang Islam untuk satu saat menjatuhkannya. Namun Allah SWT sama sekali tidak menyebutkan agama sebagai faktor yang menyebabkan mereka memusuhi orang Islam itu. Kenyataan inilah yang diungkap dalam surat Ali’Imran ayat 118 berikut ini.
يايها الذ ين امنوا لاتتخذوا بطا نة من دو نكم لا يالو نكم خبا لاودوا ما
عنتم قد بدتالبغضاء من افواههم وما تخفى صدورهم اكبرقدبينا لكم الايت ان كنتم
تعقلون
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu.
Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka adalah lebih besar lagi. Sesungguhnya telah kami terangkan kepadamu
ayat-ayat (kami), jika kamu memahaminya.
2.3
Tafsir Surat Al-Maidah ayat 5
Al-Qur’an mengemukakan adanya orang Yahudi dan Nasrani yang berkelakuan buruk dan harus dikutuk; dan mengakui pula adanya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang bersikap netral bahkan berbuat baik dengan penganut agama lain, khususnya orang-orang Islam.Tentang adanya Ahlu al-Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang bersifat netral antara lain dinyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 5 sebagai berikut.
اليوم احل لكم الطيبت وطعام الذين اوتو الكتب حل لكم
وطعا مكم حل لهم والمحصنت من المو منت والمحصنت من الذين اوتو الكتب من قبلكم اذا
اتيتموهن اجورهن محصنين غير مسا فحين ولا متخذى اخدان ومن يكفر بالايمن فقد حبط عمله
وهو فى الا خرة من الخسرين
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik.
Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu, dan
makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita
yang menjaga di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang
menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu,
bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak
dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa
yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah
amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.
2.4 Tafsir Surat al-Kafirun,
109:1-6
Di pihak lain terdapat pula orang-orang
Ahl al-kitab, Yahudi dan Nasrani yang tidak mematuhi ajarannya. Mereka itu
selanjutnya disebut sebagai orang kafir dan musyrik yang kelak akan dimasukkan
ke dalam neraka jahanam karena pilihannya sendiri, yakni memilih kafir dan
musyrik. Namun perlu diingat, bahwa mereka tidak semuanya, melainkan hanya
sebagian kecil. Hal ini dinyatakan dalam al-Qur’an, yang artinya: Sesungguhnya
orang-orang kafir dari sebagian Ahl al-Kitab, dan orang-orang musyrik (akan
masuk) ke neraka jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.(Q.S. al-Bayyinah,98:6).
Orang-orang yang demikian itulah yang
suka menggangu penganut agama lain, sehingga dapat menimbulkan pertentangan
antara satu dan lainnya. Mereka sering mempermainkan agama, mereka ingin
mencampuradukkan antara agama yang satu dengan agama lainnya. Atau menganut
agama secara berganti-gantian, yakni terkadang menganut agama yang satu dan
terkandang menganut agama lainnya. Sikap yang demikian itulah yang digambarkan
dalam surat al-Kafirun sebagai berikut.
قل يا يها الكفرون. لااعبد ماتعبدون. ولاانتم عبدون ما اعبد. ولاانا عا بد
ما عبدتم. ولا انتم عبدون ما اعبد. لكم دينكم و لي دين.
Katakanlah:
“Hai orang-orang kafir”! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku-lah agamaku. (Q.S.al-Kafirun, 109:1-6)
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan
ayat-ayat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa agama Islam bukanlah faktor
yang menjadi penghambat dalam membina hubungan antara pemeluk agama. Al-Qur’an
al-Karim telah meletakkan ajaran tentang kerukunan hidup antara umat beragama
secara adil dan proposional. Uraian tersebut menggambarkan tiga hal sebagai
berikut.
Pertama, bahwa di antara
penganut ummat beragama memang terdapat kelompok yang menyimpang dari agamanya.
Hal ini terdapat pada semua agama, termasuk dalam penganut agama Islam sendiri.
Mereka yang demikian itulah yang sering mempergunakan agama sebagai alat untuk
kepentingn dan tujuan politik, kekuasaan, ekonomi dan lain sebagainya.
Kedua, bahwa diantara
penganut agama lain itu ada tidak sama dengan kelompok pertama. Dalam al-Qur’an
dinyatakan : Mereka itu tidak sama. Di antara Ahl al-Kitab ada golongan yang
berlaku lurus. Mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam
hari, sedang mereka juga bersujud.(Q.S Ali Imran, 3:113)
terdapat kelompok yang demikian itu, ummat Islam dapat melakukan persahabatan dengan baik, dalam batas-batas yang tidak mencampuradukkan agama masing-masing.
terdapat kelompok yang demikian itu, ummat Islam dapat melakukan persahabatan dengan baik, dalam batas-batas yang tidak mencampuradukkan agama masing-masing.
Ketiga, ada kelompok yang ambivalen, yaitu kelompok
yang keimanannya bercampur aduk antara agama-agama yang dianutnya. Kelompok ini
terkadang tampil dalam format Islam dan terkadang tampil dalam format lain.
Selanjutnya dalam rangka membangun kerukunan
antar Ummar beragama ini, ummat Islam harus melihat pula adanya
persamaan-persamaan di antara ummat beragama tersebut. Dari segi agama mungkin
berbeda. Namun sebagai manusia mereka memiliki persamaan. Mereka sama-sama
keturunan Nabi Adam, diciptakan dari bahan dan struktur tubuh yang sama, hidup
di bumi yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama, menghirup udara yang
sama, dibatasi oleh kematian yang sama, memiliki potensi rohaniah yang sama
(yakni akal, hati, jiwa dan perasaan), kecendrungan psikologis yang sama
(merasa ingin ber-Tuhan, ingin dihargai, ingin dihormati, ingin disayangi dan
seterusnya). Dengan adanya banyak sekali unsur persamaan ini maka tidaklah
beralasan jika perbedaan agama membawa kepada perpecahan. Secara keyakinan
berbeda tetapi secara manusia adalah sama. Untuk itu jika suatu ketika ada
orang yang terkena musibah, maka harus segera dibantu, tanpa mempertanyakan
agama yang dianutnya. Hal yang demikian dilakukan karena musibah yang terjadi,
seperti kecelakaan adalah bukan persoalan agama, tetapi persoalan kemanusiaan.
Dalam al-Qur’an persoalan kemanusiaan ini
termasuk hal yang diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara demikian
itulah kerukunan antara umat beragama di Indonesia ini dapat diciptakan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Haji, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)