Makalah
Kurikulum Pendidikan
“Model-Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan”
Disusun
Oleh :
Putri Indah Suntari
Rahmat Hidayat
Kelompok 7
Putri Indah Suntari
Rahmat Hidayat
Kelompok 7
Dosen Pengampu:
M. Gazali, S.Pd, M.Pd
M. Gazali, S.Pd, M.Pd
Prodi Tadris Matematika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
2017
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Kurikulum Pendidikan ini yang berjudul “Model-Model
Pengembangan Kurikulum Pendidikan” ini dengan lancar.
Shalawat beriringan salam tidak lupa penulis kirimkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad shalallahu a’laihi wa
sallam.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu dengan mata kuliah Kurikulum Pendidikan. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang
penulis peroleh dari buku-buku, dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul makalah, dan tak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kurikulum Pendidikan yaitu bapak M.Gazali, S.Pd, M.Pd atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini dan juga kepada
rekan-rekan yang telah mendukung sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap dengan
adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dapat menambah
wawasan kita, khususnya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
kurang dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan di masa depan.
Jambi, 10 November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar_________________________________________________________ i
Daftar Isi_______________________________________________________________ ii
BAB I Pendahuluan_____________________________________________________ 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 2
BAB II Pembahasan_____________________________________________________ 3
A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan................................... 3
B. Macam-Macam Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan.......................... 4
.........
BAB III Penutup________________________________________________________ 15
A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran .................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran .................................................................................................................15
Daftar Pustaka__________________________________________________________ 16
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan kurikulum tidak
lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem
nilai (nilai moral, keagamaan, politik, sosial, dan budaya), proses
pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan
dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu
alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation),
dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model
pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan dalam pendidikan.
Dalam praktik pengembangan
kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata
pelajaran. Artinya, isi atau materi yang harus di pelajari peserta didik hanya
berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga
mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan
perkembangan masyarakat.
Agar dapat mengembangkan
kurikulum secara baik, pengembangan kurikulum semestinya memahami berbagai
jenis model pengembangan kurikulum. Dengan memahami esensi model pengembangan
kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para
pengembangan kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis,
sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang
akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan di bahas beberapa
model-model pengembangan kurikulum.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian model pengembangan kurikulum pendidikan?
2. Apa
saja macam-macam model-model pengembangan kurikulum pendidikan?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
memenuhi tugas makalah yang diberikan oleh dosen dengan mata kuliah
kurikulum pendidikan.
2. Untuk
mengetahui pengertian model pengembangan kurikulum pendidikan.
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam
model-model pengembangan kurikulum pendidikan
D.
Manfaat
Penulisan
Tujuan penulisan dapat tercapai, maka hasil
penulisan akan memiliki manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi penulis. Pertama, sebagai
pengetahuan awal yang memberikan nuasa tersendiri dalam upaya pengembangan
potensi diri baik secara intelektual maupun akademis. Kedua, untuk
menambah wawasan dan sebagai sebuah pengalaman berharga dalam ilmu pengetahuan
bersifat responsif dan kreatif.
2. Bagi Lembaga. Dapat
dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan disiplin ilmu.
3. Bagi Masyarakat. Hasil
penulisan ini berguna bagi semua lapisan masyarkat pendidikan dan diharapkan
mampu untuk menambah wawasan dan kesadaran masyarakat pendidikan tentang model-model
pengembangan kurikulum pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model
Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Menurut
Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi
peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan
representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model
pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai
petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.[1]
Model
atau kontruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Zainal
Abidin, 2012:137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan
teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula
merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu
yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti
merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi
acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model
pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana
pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah atau sekolah.
Nadler
(1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si
pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan
menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat
menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat
mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model
dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
B. Macam-Macam
Model-Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan
suatu model pengembangan kurikulum bukan hanya didasarkan atas
kelebihan-kelebihannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep
pendidikan yang digunakan. Adapun model-model pengembangan kurikulum tersebut
adalah sebagai berikut:[2]
1. Menurut Abdullah Idi model pengembangan kurikulum
diklasifikasikan menjadi:
a) Model Ralph Tyler
b) Model Hilda Taba
c) Model D.K Wheeler
d) Model Audery and Howard Nicholls
e) Model Decker Walker
f) Model Skillbeck
g) Model kurikulum Terpadu (Integrated Curiculum)
2. Menurut Dakir yang dikutip dari Robert S.Zails,
dikelompokkan menjadi:
a) Model Administratif
b) Model dari Bawah (grass root)
c) Model Demonstrasi
d) Model Beauchamp
e) Model Terbalik Hilda Taba
f) Model Hubungan Interpersonal dari Roger
g) Model Action Research yang Sistematis
3. Menurut S.Nasution model pengembangan kurikulum
dikelompokkan menjadi:
a) Model Ralph Tyler
b) Model David Warwick
c) Model Hilda Taba
d) Model Quillen and Hanna
e) Model Harold Alberty
f) Model Teknologi Pendidikan
4. Nana Syaodih Sukmadinata berpendapat bahwa
sekurang-kurangnya model pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a) The administrative model
b) The grass roots model
c) Beauchamp’s system
d) The demonstration model
e) Taba’s inverted model
f) Roger’s interpersonal relations model
g) The systematic action-research model
h) Emerging technical models
5. Menurut Burhan Nurgiantoro yang dikutip dari Roger &
Robert S. Zails, menjelaskan model pengembangan kurikulum diantaranya adalah:
a) Model pengembangan kurikulum Rogers
b) Model pengembangan kurikulum Zails
1)
Model
Administrative
2)
Model Grass Root
3)
Model Demonstrasi
4)
Model Beuchamp
5)
Model Terbalik
Hilda Taba
6)
Model Hubungan
Interpersonal dari Rogers
7)
Model Action
Research yang sistematis
8)
Model Teknologis
6. Menurut Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati model pengembangan
kurikulum diantaranya adalah:
a) Model Ralph Tyler
b) Model Administratif
c) Model Grass Root
d) Model Demonstrasi
e) Model Miller-Seller
f)
Model Taba
g) Model Beauchamp
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaanya. Namun terdapat hal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menetapkan model pengembangan kurikulum yang mungkin dapat diterapkan. Hal
tersebut bahwa penerapan model-model tersebut sebaiknya didasarkan pada
faktor-faktor yang konstan, sehingga ulasan tentang model-model yang dibahas dapat
terungkapkan secara konsisten.[3]
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka model-model pengembangan
kurikulum yang akan penulis paparkan adalah menurut Toto Ruhimat dan Muthia
Alinawati, sebagai berikut:[4]
1)
Model Ralph Tyler
Model
pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada
beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
a. Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya
diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?
c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya
diorganisasikan?
d. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus
dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi:
1. Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau
sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran.
Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik
mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara
jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan
tersebut.
2. Menentukan Proses Pembelajaran Yang Harus Dilakukan
Menentukan proses pembelajaran apa
yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek
yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan
latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki
siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran
selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta
didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh
karena itu, ketepatan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan
dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar di dalamnya
mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus
dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan,
diorganisasi sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pencapaian tujuan.
Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan,
akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa
yang sebaiknya digunakan.
4. Menentukan Evaluasi Pembelajaran.
Menentukan jenis evaluasi apa yang
cocok digunakan., merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian
yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan
pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang
telah ditetapkan sebelumnya. Agar penentapan jenis evaluasi bisa tepat, maka
para pengembang kurikulum di samping harus memperhatikan komponen-komponen
kurikulum lainnya, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.
2)
Model
Administratif
Pengembangan
kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down)
atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum
ini ide awal dari pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat
keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengaruh dalam
pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia
pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa
anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum,
disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia
kerja.
Tim ini bertugas
untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi
pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara operasional
berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun
pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi
pelajaran, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian
pembelajaran.
Selanjutnya,
kurikulum yang sudah selesai disusun kemudan diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki
oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek kurikulum
secara terkoordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji coba maupun
dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan (desiminasi). Setelah
perbaikan atau penyempurnaan, kurikulum tersebut perlu diujicobakan secara
nyata di beberapa sekolah yang dianggap representatif. Pelaksana uji coba
adalah tenaga profesional sebagai pelaksana lapangan, yaitu kepala sekolah dan
guru-guru yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.
Supaya uji coba
tersebut menghasilkan masukan yang efektif, maka diperlukan kegiatan monitoring
dan evaluasi yang fungsinya untuk memperbaiki atau menyempurnakan
berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang
bentuknya seragam dan bersifat sentralistik, sehingga kurang sesuai jika
diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi. Selain
daripada itu, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang
dihadapi para pelaksana kurikulum di lapangan. Perubahan lebih cenderung
dilakukan berdasarkan pola pikir pihak atasan (birokrat) pendidikan.[5]
3)
Model Grass
Roots
Pengembangan
kurikulum model ini kebalikan dari model administratif, model Grass Roots merupakan
model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya
pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai
pelaksana pendidikan disekolah. Model Grass Roots lebih demokratis
karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga
perbaikan dan peningkatan dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifik menuju
pada bagian-bagian yang lebih besar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya:
a.
Guru harus
memiliki kemampuan yang profesional;
b.
Guru harus
terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian permasalahan kurikulum;
c.
Guru harus
terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan
evaluasi;
d.
Seringnya pertemuan
kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampak terhadap pemahaman guru
dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana.
Model pengembangan kurikulum ini dapat
dikembangkan pada lingkup luas maupun dalam lingkup yang sempit. Dapat berlaku
untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi dapat pula digunakan
untuk beberapa bidang studi maupun pada beberapa sekolah yang lebih luas. Dalam
prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja operasional dalam pengembangan
kurikulum secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu kurikulum yang
sistematik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya, pengembangan kurikulum model
ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun materiil yang bersifat kondusif
dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini,
di antaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum disekolah karena
menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga
apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cenderung banyak
mengabaikan kebijakan dari pusat.[6]
4)
Model Demonstrasi
Model
pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass roots). Semula
merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya
digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat
tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith,
Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama, sekelompok
guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk
untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Unit-unit
ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk
menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan
ini diharapkan dapat digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih luas.
Pengembangan model ini biasanya diprakarsai oleh pihak Departemen Pendidikan
dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu
kurikulum.
Kedua, dari beberapa
orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian
mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara
mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobakan yang dianggap belum ada,
dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum, sehingga berbeda dengan
pengembangan kurikulum yang berlaku, dengan harapan akan ditemukan pengembangan
kurikulum yang lebih baik dari yang ada.
Ada beberapa
kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah:
a. kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena
dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah;
b. perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek
yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak pada administrator, akan
berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks;
c. hakikat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar
dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan;
d. model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas
guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi
kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.[7]
5)
Model
Miller-Seller
Pengembangan
kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model sebelumnya. Model pengembangan
kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model
transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson) dengan tahapan
pengembangan sebagai berikut:
a. Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Langkah pertama yang dianggap sangat
penting adalah menguji dan mengklarifikasi orientasi. Orientasi ini
merefleksikan pandangan filosofis, psikologis, dan sosiologis terhadap
kurikulum yang seharusnya dikembangkan. Menurut Miller dan Seller, ada tiga
jenis orientasi kurikulum yaitu transmisi, transaksi, dan transformasi.
b. Pengembangan Tujuan
Setelah klarifikasi orientasi
kurikulum, langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan umum (aims)
dan mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang
bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan
orang (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan
pengembangan merupakan tujuan yang masih relatif umum. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
c. Identifikasi Model Mengajar
Identifikasi model mengajar
(strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Pada
tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi strategi mengajar yang
akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada
beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang
akan digunakan yaitu:
1. Disesuaikan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus.
2. Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami
secara utuh, sudah dilatih, dan mendukung model.
4. Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan
model.
d. Implementasi
Langkah ini merupakan langkah
penerapan kurikulum berdasarkan pada langkah-langkah sebelumnya. Implementasi
sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan komponen-komponen program studi,
identifikasi sumber, peranan, pengembangan profesional, penetapan waktu,
komunikasi, dan sistem monitoring. Langkah ini merupakah langkah akhir dalam
pengembangan kurikulum. Prosedur orientasi yang dibakukan pada umumnya tidak
sesuai dengan kurikulum transformasi, sebaliknya kurikulum transmisi pada
umumnya menggunakan teknik-teknik evaluasi berstruktur dalam menilai kesusaian
antara pengalaman-pengalaman, strategi belajar dan tujuan pendidikan.[8]
6) Model Hilda Taba (Inverted Model)
Model Taba
merupakan modifikasi dari Model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama
pada pemusatan perhatian guru. Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama
dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam
pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan
memosisikan guru sebagai inovator dalam pengembang kurikulum merupakan
karakteristik dalam model pengembangan Taba. Dalam pengembangannya, model ini lebih
bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
Dalam kegiatan ini perlu
mempersiapkan: (1) perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, (2)
eksperimen harus dilakukan di dalam kelas agar menghasilkan data empirik dan
teruji. Unit eksperimen ini harus dirancang melalui tahapan sebagai berikut:
(a) Mendiagnosis kebutuhan.
(b) Merumuskan tujuan-tujuan khusus.
(c) Memilih isi.
(d) Mengorganisasi isi.
(e) Memilih pengalaman belajar.
(f) Mengorganisasi pengalaman belajar.
(g) Mengevaluasi.
(h) Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962:347)
b. Menguji unit eksperimen
Unit yang sudah dihasilkan pada
langkah pertama diuji cobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi
dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan
kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk penyempurnaan.
c. Mengadakan revisi dan konsolidasi
Perbaikan dan penyempurnaan
dilakukan berdasarkan data yang dihimpun sebelumnya. Selain perbaikan dan
penyempurnaan, dilakukan juga konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan pada
hal-hal yang bersifat umum dan konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan
secara bersama-sama dengan koordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. Produk
dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah teruji
dilapangan.
d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing
a frame work). Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam langkah
ini:
1. Apakah lingkup isi telah memadai?
2. Apakah isi telah tersusun secara logis?
3. Apakah pembelajaran telah memberikan peluang terhadap
pengembangan intelektual , keterampilan dan sikap?
4. Dan apakah konsep dasar sudah terakomodasi?
e. Implementasi dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan
penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah, dan
dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi
guru-guru dilapangan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan tentang persiapan di
lapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum.[9]
7)
Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh George
A. Beauchamp, seorang ahli kurikulum.
Menurut Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap,
yaitu:
a. Menentukan arena atau wilayah yang akan dicakup oleh
kurikulum. Atau pada wilayah manakah kurikulum itu akan diterapkan, satu
sekolah, satu kecamatan, satu kabupaten, satu provinsi atau secara nasional.
Penentuan tahapan ini ditentukan pemegang wewenang yang dimiliki pengambil
kebijakan di bidang kurikulum.
b. Menetapkan personalia. Tahap ini menentukan siapa saja
orang yang akan terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang sebaiknya dilibatkan,
yaitu:
(1) Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum dan ahli bidang
studi;
(2) Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah
dan guru-guru terpilih;
(3) Para profesional dalam bidang pendidikan;
(4) Profesional lain dan tokoh masyarakat.
Dalam penentuan keterlibatan orang-orang dalam pengembangan kurikulum,
Beauchamp menyarankan tiga pertanyaan yang harus dijawab, yaitu: (a) haruskah
ahli/pejabat/profesional tersebut dilibatkan? Apabila ya, (b) apa peran mereka?
(c) apakah ada cara dan alat yang paling efektif untuk melaksanakan peran
tersebut?
c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah
ini berkenaan dengan prosedur dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus,
memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, juga dalam
menentukan desain kurikulum secara keseluruhan. Kegiatan ini terdiri dari lima
tahap, yaitu:
(1) Membentuk tim pengembangan kurikulum;
(2) Mengadakan penelitian dan penilaian terhadap kurikulum
yang ada yang sedang berlaku;
(3) Studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum
baru;
(4) Menentukan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum
baru;
(5) Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
d. Implementasi kurikulum. Tahap ini, yaitu pelaksanaan
kurikulum yang telah dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum
dibutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan
di sekolah.
e. Evaluasi kurikulum. Hal-hal penting dievaluasi yaitu:
(1) Pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru.
(2) Desain kurikulumnya,
(3) Hasil belajar siswa,
(4) Keseluruhan dari sistem kurikulum.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum merupakan prosedur dalam rangka mendesain (designing),
menerapkan (impmentation), dan mengevaluasi (evaluation)
suatu kurikulum. Pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses
yang sistematis yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan
dalam pendidikan. Berdasarkan perkembangan teori dan pemikiran para ahli
kurikulum, dewasa ini telah banyak disajikan model-model pengembangan kurikulum
diantaranya:
1.
Model Ralph Tyler
2.
Model Administratif
3.
Model Grass Roots
4.
Model Demonstrasi
5.
Model Miller-Seller
6.
Model Hilda Taba (inverted model)
7.
Model Beauchamp
B. Saran
Setelah mempelajari dan membaca materi ini,
kita diharapkan mampu memahami mengenai model-model pengembangan kurikulum
pendidikan. Sebagai calon pendidik kita di harapkan mampu menerapakan ilmu
mengenai model-model pengembangan kurikulum di sekolah atau pendidikan nanti.
Karena peran guru dalam kurikulum pendidikan terutama dalam model pengembangan
kurikulum pendidikan adalah sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model
pengembangan yang sesuai dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan.
Dan sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum
tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Hanifiyah, Fitriyatul. 2011. Tesis : Model
Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Jember. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. [versi
elektronik] diakses pada tanggal 10 November 2017 pukul 8:54
Tim Pengembangan MKDP. 2013. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.