Cari Blog Ini

Sabtu, 31 Maret 2018

Makalah Kurikulum Pendidikan "Model-Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan"


Makalah
Kurikulum Pendidikan
                                                                              TENTANG                             
                                 “Model-Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan







Disusun Oleh :
Putri Indah Suntari
Rahmat Hidayat
Kelompok 7


  Dosen Pengampu:
M. Gazali, S.Pd, M.Pd

Prodi Tadris Matematika
 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
2017








KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kurikulum Pendidikan ini yang berjudul “Model-Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan”  ini dengan lancar. Shalawat beriringan salam tidak lupa penulis kirimkan kepada baginda kita  Nabi besar Muhammad shalallahu a’laihi wa sallam. 
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu dengan mata kuliah Kurikulum Pendidikan. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari buku-buku, dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul makalah, dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kurikulum Pendidikan yaitu bapak M.Gazali, S.Pd, M.Pd atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini dan juga kepada rekan-rekan yang telah mendukung sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan di masa depan.


Jambi, 10 November 2017


            Penulis






DAFTAR ISI

Kata Pengantar_________________________________________________________ i

Daftar Isi_______________________________________________________________ ii

BAB I Pendahuluan_____________________________________________________ 1

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II Pembahasan_____________________________________________________ 3

A. Pengertian
Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan................................... 3
B.
Macam-Macam Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan.......................... 4
.........
BAB III Penutup________________________________________________________ 15

A. Kesimpulan.........................................................................................................1
5
B. Saran .................................................................................................................1
5
Daftar Pustaka__________________________________________________________ 16





BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Pengembangan kurikulum tidak lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, sosial, dan budaya), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya, isi atau materi yang harus di pelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembangan kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembangan kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan di bahas beberapa model-model pengembangan kurikulum.

B.     Rumusan Masalah

1.   Apa pengertian model pengembangan kurikulum pendidikan?
2.   Apa saja macam-macam model-model pengembangan kurikulum pendidikan?

C.   Tujuan Penulisan

1.    Untuk memenuhi tugas makalah yang diberikan oleh dosen dengan mata kuliah
kurikulum pendidikan.
2.    Untuk mengetahui pengertian model pengembangan kurikulum pendidikan.
3.    Untuk mengetahui apa saja macam-macam model-model pengembangan kurikulum pendidikan

D.    Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan dapat tercapai, maka hasil penulisan akan memiliki manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1.  Bagi penulis. Pertama, sebagai pengetahuan awal yang memberikan nuasa tersendiri dalam upaya pengembangan potensi diri baik secara intelektual maupun akademis. Kedua, untuk menambah wawasan dan sebagai sebuah pengalaman berharga dalam ilmu pengetahuan bersifat responsif dan kreatif.
2.    Bagi Lembaga. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan disiplin ilmu.
3. Bagi Masyarakat. Hasil penulisan ini berguna bagi semua lapisan masyarkat pendidikan dan diharapkan mampu untuk menambah wawasan dan kesadaran masyarakat pendidikan tentang model-model pengembangan kurikulum pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.[1]
Model atau kontruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Zainal Abidin, 2012:137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan  untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.

B.  Macam-Macam Model-Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan hanya didasarkan atas kelebihan-kelebihannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep pendidikan yang digunakan. Adapun model-model pengembangan kurikulum tersebut adalah sebagai berikut:[2]
1.   Menurut Abdullah Idi model pengembangan kurikulum diklasifikasikan menjadi:
a)  Model Ralph Tyler
b)  Model Hilda Taba
c)  Model D.K Wheeler
d)  Model Audery and Howard Nicholls
e)  Model Decker Walker
f)   Model Skillbeck
g)  Model kurikulum Terpadu (Integrated Curiculum)
2.   Menurut Dakir yang dikutip dari Robert S.Zails, dikelompokkan menjadi:
a)  Model Administratif
b)  Model dari Bawah (grass root)
c)  Model Demonstrasi
d)  Model Beauchamp
e)  Model Terbalik Hilda Taba
f)   Model Hubungan Interpersonal dari Roger
g)  Model Action Research yang Sistematis
3.   Menurut S.Nasution model pengembangan kurikulum dikelompokkan menjadi:
a)  Model Ralph Tyler
b)  Model David Warwick
c)  Model Hilda Taba
d)  Model Quillen and Hanna
e)  Model Harold Alberty
f)   Model Teknologi Pendidikan
4.   Nana Syaodih Sukmadinata berpendapat bahwa sekurang-kurangnya model pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a)  The administrative model
b)  The grass roots model
c)  Beauchamp’s system
d)  The demonstration model
e)  Taba’s inverted model
f)   Roger’s interpersonal relations model
g)  The systematic action-research model
h)  Emerging technical models
5.   Menurut Burhan Nurgiantoro yang dikutip dari Roger & Robert S. Zails, menjelaskan model pengembangan kurikulum diantaranya adalah:
a)  Model pengembangan kurikulum Rogers
b)  Model pengembangan kurikulum Zails
1)     Model Administrative
2)     Model Grass Root
3)     Model Demonstrasi
4)     Model Beuchamp
5)     Model Terbalik Hilda Taba
6)     Model Hubungan Interpersonal dari Rogers
7)     Model Action Research yang sistematis
8)     Model Teknologis
6.   Menurut Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati model pengembangan kurikulum diantaranya adalah:
a)  Model Ralph Tyler
b)  Model Administratif
c)  Model Grass Root
d)  Model Demonstrasi
e)  Model Miller-Seller
f)   Model Taba
g)  Model Beauchamp
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam pelaksanaanya. Namun terdapat hal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan model pengembangan kurikulum yang mungkin dapat diterapkan. Hal tersebut bahwa penerapan model-model tersebut sebaiknya didasarkan pada faktor-faktor yang konstan, sehingga ulasan tentang model-model yang dibahas dapat terungkapkan secara konsisten.[3]

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka model-model pengembangan kurikulum yang akan penulis paparkan adalah menurut Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati, sebagai berikut:[4]
1)  Model Ralph Tyler
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
a.   Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
b.   Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?
c.   Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan?
d.   Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi:
1.   Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan tersebut.
2.   Menentukan Proses Pembelajaran Yang Harus Dilakukan
Menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena itu, ketepatan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3.   Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan.
4.   Menentukan Evaluasi Pembelajaran.
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan., merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penentapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum di samping harus memperhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.

2)    Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dari pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum.  Tim ini sekaligus sebagai tim pengaruh dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.
Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pelajaran, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.
Selanjutnya, kurikulum yang sudah selesai disusun kemudan diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji coba maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan (desiminasi). Setelah perbaikan atau penyempurnaan, kurikulum tersebut perlu diujicobakan secara nyata di beberapa sekolah yang dianggap representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga profesional sebagai pelaksana lapangan, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.
Supaya uji coba tersebut menghasilkan masukan yang efektif, maka diperlukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang fungsinya untuk memperbaiki atau menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang bentuknya seragam dan bersifat sentralistik, sehingga kurang sesuai jika diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi. Selain daripada itu, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang dihadapi para pelaksana kurikulum di lapangan. Perubahan lebih cenderung dilakukan berdasarkan pola pikir pihak atasan (birokrat) pendidikan.[5]

3)  Model Grass Roots
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model administratif, model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan disekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifik menuju pada bagian-bagian yang lebih besar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya:
a.   Guru harus memiliki kemampuan yang profesional;
b.   Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian permasalahan kurikulum;
c.   Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi;
d.   Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana.
Model pengembangan kurikulum ini dapat dikembangkan pada lingkup luas maupun dalam lingkup yang sempit. Dapat berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi dapat pula digunakan untuk beberapa bidang studi maupun pada beberapa sekolah yang lebih luas. Dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja operasional dalam pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu kurikulum yang sistematik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya, pengembangan kurikulum model ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun materiil yang bersifat kondusif dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, di antaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum disekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat.[6]
4)  Model Demonstrasi
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Unit-unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih luas. Pengembangan model ini biasanya diprakarsai oleh pihak Departemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum.
Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobakan yang dianggap belum ada, dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum, sehingga berbeda dengan pengembangan kurikulum yang berlaku, dengan harapan akan ditemukan pengembangan kurikulum yang lebih baik dari yang ada.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah:
a.   kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah;
b.   perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak pada administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks;
c.   hakikat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan;
d.   model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.[7]

5)  Model Miller-Seller
Pengembangan kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model sebelumnya. Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson) dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
a.   Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Langkah pertama yang dianggap sangat penting adalah menguji dan mengklarifikasi orientasi. Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologis, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan. Menurut Miller dan Seller, ada tiga jenis orientasi kurikulum yaitu transmisi, transaksi, dan transformasi.
b.   Pengembangan Tujuan
Setelah klarifikasi orientasi kurikulum, langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan umum (aims) dan mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan pengembangan merupakan tujuan yang masih relatif umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
c.   Identifikasi Model Mengajar
Identifikasi model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang akan digunakan yaitu:
1.   Disesuaikan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus.
2.   Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
3.   Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih, dan mendukung model.
4.   Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.
d.   Implementasi
Langkah ini merupakan langkah penerapan kurikulum berdasarkan pada langkah-langkah sebelumnya. Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan profesional, penetapan waktu, komunikasi, dan sistem monitoring. Langkah ini merupakah langkah akhir dalam pengembangan kurikulum. Prosedur orientasi yang dibakukan pada umumnya tidak sesuai dengan kurikulum transformasi, sebaliknya kurikulum transmisi pada umumnya menggunakan teknik-teknik evaluasi berstruktur dalam menilai kesusaian antara pengalaman-pengalaman, strategi belajar dan tujuan pendidikan.[8]

6)  Model Hilda Taba (Inverted Model)
Model Taba merupakan modifikasi dari Model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memosisikan guru sebagai inovator dalam pengembang kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba. Dalam pengembangannya, model ini lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.   Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan: (1) perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, (2) eksperimen harus dilakukan di dalam kelas agar menghasilkan data empirik dan teruji. Unit eksperimen ini harus dirancang melalui tahapan sebagai berikut:
(a)    Mendiagnosis kebutuhan.
(b)    Merumuskan tujuan-tujuan khusus.
(c)    Memilih isi.
(d)    Mengorganisasi isi.
(e)    Memilih pengalaman belajar.
(f)     Mengorganisasi pengalaman belajar.
(g)    Mengevaluasi.
(h)    Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962:347)
b.    Menguji unit eksperimen
Unit yang sudah dihasilkan pada langkah pertama diuji cobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk penyempurnaan.
c.    Mengadakan revisi dan konsolidasi
Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan data yang dihimpun sebelumnya. Selain perbaikan dan penyempurnaan, dilakukan juga konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan pada hal-hal yang bersifat umum dan konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersama-sama dengan koordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. Produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah teruji dilapangan.
d.    Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work). Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam langkah ini:
1.   Apakah lingkup isi telah memadai?
2.   Apakah isi telah tersusun secara logis?
3.   Apakah pembelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual , keterampilan dan sikap?
4.   Dan apakah konsep dasar sudah terakomodasi?
e.   Implementasi dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah, dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru dilapangan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan tentang persiapan di lapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum.[9]


7)  Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh George A. Beauchamp,  seorang ahli kurikulum. Menurut Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap, yaitu:
a.   Menentukan arena atau wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum. Atau pada wilayah manakah kurikulum itu akan diterapkan, satu sekolah, satu kecamatan, satu kabupaten, satu provinsi atau secara nasional. Penentuan tahapan ini ditentukan pemegang wewenang yang dimiliki pengambil kebijakan di bidang kurikulum.
b.   Menetapkan personalia. Tahap ini menentukan siapa saja orang yang  akan terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang sebaiknya dilibatkan, yaitu:
(1)    Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan  kurikulum dan ahli bidang studi;
(2)    Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih;
(3)    Para profesional dalam bidang pendidikan;
(4)    Profesional lain dan tokoh masyarakat.
Dalam penentuan keterlibatan orang-orang dalam pengembangan kurikulum, Beauchamp menyarankan tiga pertanyaan yang harus dijawab, yaitu: (a) haruskah ahli/pejabat/profesional tersebut dilibatkan? Apabila ya, (b) apa peran mereka? (c) apakah ada cara dan alat yang paling efektif untuk melaksanakan peran tersebut?
c.   Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, juga dalam menentukan desain kurikulum secara keseluruhan. Kegiatan ini terdiri dari lima tahap, yaitu:
(1)    Membentuk tim pengembangan kurikulum;
(2)    Mengadakan penelitian dan penilaian terhadap kurikulum yang ada yang sedang berlaku;
(3)    Studi penjagaan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru;
(4)    Menentukan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru;
(5)    Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
d.   Implementasi kurikulum. Tahap ini, yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan di sekolah.
e.   Evaluasi kurikulum. Hal-hal penting dievaluasi yaitu:
(1)       Pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru.
(2)       Desain kurikulumnya,
(3)       Hasil belajar siswa,
(4)       Keseluruhan dari sistem kurikulum.
Data yang terkumpul dari tahap evaluasi ini digunakan untuk bahan penyempurnaan kurikulum.[10]


BAB III
    PENUTUP
A.     Kesimpulan

Pengembangan kurikulum merupakan prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impmentation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses yang sistematis yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Berdasarkan perkembangan teori dan pemikiran para ahli kurikulum, dewasa ini telah banyak disajikan model-model pengembangan kurikulum diantaranya:
1.   Model Ralph Tyler
2.   Model Administratif
3.   Model Grass Roots
4.   Model Demonstrasi
5.   Model Miller-Seller
6.   Model Hilda Taba (inverted model)
7.   Model Beauchamp

B.    Saran
Setelah mempelajari dan membaca materi ini, kita diharapkan mampu memahami mengenai model-model pengembangan kurikulum pendidikan. Sebagai calon pendidik kita di harapkan mampu menerapakan ilmu mengenai model-model pengembangan kurikulum di sekolah atau pendidikan nanti. Karena peran guru dalam kurikulum pendidikan terutama dalam model pengembangan kurikulum pendidikan adalah sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang sesuai dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan. Dan sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan.




DAFTAR PUSTAKA


Hanifiyah, Fitriyatul. 2011. Tesis : Model Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. [versi elektronik] diakses pada tanggal 10 November 2017 pukul 8:54


Tim Pengembangan MKDP. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.




K




































[1] Deni Kurniawan. Modul :Model Dan Oganisasi Pengembangan Kurikulum, hlm, 4-5
[2] Fitriyatul Hanafiyah, Tesis: Model Pengembangan Kurikulum, Malang:UIN Malang,2011. Hlm, 46-48
[3] ibid, hlm: 48
[4] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Rajawali pers, 2013, hlm 79
[5] Ibid hlm, 81
[6] Ibid hlm,82
[7] Ibid hlm, 83
[8] Ibid hlm, 84
[9] Ibid hlm, 86
[10] Ibid hlm, 87