Cari Blog Ini

Sabtu, 16 September 2017

Makalah Tafsir Ayat Tarbawi


MAKALAH

TAFSIR AYAT TARBAWI
TENTANG
Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
Tafsir Surat Al-Mumtahanah 6:8-9, Tafsir Surat Ali Imran 3:118, 
Tafsir Surat Al-Maidah 5:5, dan Tafsir Surat Al-Kafirun 109:1-6















Disusun Oleh :
Putri Indah Suntari
TM. 161344

  Dosen Pengampu:
  Yogia prihartini, M.Pd

Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi




DAFTAR ISI


Halaman Judul

Daftar Isi

Kata Pengantar

BAB I Pendahuluan:
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


BAB II Pokok Bahasan:
Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
2.1  Tafsir Surat Al-Mumtahanah 6:8-9
2.2  Tafsir Surat Ali Imran 3:118
2.3  Tafsir Surat Al-Maidah 5:5
2.4  Tafsir Surat Al-Kafirun 109:1-6

BAB III Kesimpulan

BAB IV Daftar Pustaka



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerukunan Hidup Antar Umat Agama (Tafsir surat Al-Mumtahanah 60: 8-9, Ali-Imran 3: 118, Al-Maidah 5: 5, dan Al-Kafirun 109: 1-6 ”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu dengan mata kuliah Tafsir Ayat Tarbawi.
Shalawat serta salam senantiasa dihaturkan untuk junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, beserta keluarga dan sahabatnya yang dengan setia berjuang menegakkan ajaran Islam di muka bumi.
Selanjutnya makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan judul makalah, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ayat Tarbawi atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini dan juga kepada rekan-rekan yang telah mendukung sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap, adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan di masa depan.






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Hubungan keimanan dengan pandangan hidup positif lebih lanjut dikemukakan Nurcholish Madjid sebagai berikut : Iman kepada Allah, yang menumbuhkan rasa aman dan kesadaran mengemban amanat ibali itu, menyatakan diri ke luar, dalam sikap-sikap terbuka, percaya kepada diri sendiri (karena bersandar, yakni (tawakkal) kepada Tuhan), dan karena kententeraman yang diperoleh dari orientasi hidup kepada-Nya. Korelasi pandangan hidup seperti itu ialah sikap terbuka kepada sesama manusia, dalam bentuk kesediaan yang tulus untuk menghargai pikiran dan pendapat mereka yang otentik, kemudian mengambil dan mengikuti mana yang terbaik.
Namun demikian, di dunia ini selain agama Islam yang ajaran dasarnya sebagaimana disebutkan di atas, terdapat pula agama lain. Dalam perjalanan sejarahnya, agama-agama tersebut terkadang memperlihatkan hubungan yang harmonis dan mesra, dan terkadang memperlihatkan pula hubungan yang tegang dan membawa malapetaka. Khusus mengenai hubungan anatara Islam dan Kristen misalnya,dikemukan oleh Alwi Shihab sebagai berikut:
Agama Kristen telah berhubungan dengan agama Islam selama lebih dari empat belas abad. Rentang waktu yang begitu panjang dan terus menerus dalam hubungan itu telah menjadi saksi dari berbagai perubahan dan naik-turunya batas-batas kebudayaan dan teritorial anatara keduanya. Ia juga ditandai dengan periode panjang konfrontasi sekaligus kerja sama yang produktif. Tetapi bagaimanapun juga, pola hubungan yang paling dominan anatara kedua tradisi keimanan ini adalah permusuhan, kebencian, dan kencurigaan, ketimbang persahabatan dan saling memahami.
Demikian pula hubungan Islam dengan Agama Hindu yang tejadi di India, hingga kini banyak diwarnai konflik dan permusuhan serta perperangan yang menelan korban jiwa. Keadaan ini pada gilirannya mendorong untuk mempertanyakan ajaran dasar masing-masing. Yaitu apakah sumber konflik itu berasal dari ajaran dasar masing-masing agama tersebut, atau sebab lain yang kemudian mengatasnamakan agama? Jika memang berdasar pada ajaran agama masing-masing, maka peran dan fungsi agama sebagai pedoman yang dapat menciptakan keadaan yang aman dan tenang menjadi tidak relevan lagi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membawa kita untuk mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana sebenarnya ajaran Islam pada khususnya dan ajaran agama lainnya dalam menata hubungan dengan agama-agama lain yang ada di dunia ini. Oleh karena itu dibahas lebih lanjut dalam makalah ini dengan konsep Al-Quran.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Bagaimana Tafsir Surat Al-Mumtahanah 6:8-9?
  2. Bagaimana Tafsir Surat Ali Imran 3:118?
  3. Bagaimana Tafsir Surat Al-Maidah 5:5?
  4. Bagaimanaa Tafsir Surat Al-Kafirun 109:1-6?
1.3  Tujuan Penulisan
1.    Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Tafsir Ayat Tarbawi.
2.    Untuk Memahami Pentingnya Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama.
3.    Untuk Mengetahui Tafsir Surat Al-Qur’an Mengenai Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tafsir Surat Al-Mumtahanah 6: 8-9

      Al-Qur’an menggambarkan adanya orang-orang penganut agama lain (Yahudi, Nasrani, Penyembah bintang, dan lain-lain) sebagai orang yang baik, berdamai, toleran, dan bersahabat. Hal ini terjadi karena agama yang mereka anut belum ditumpangi pengaruh-pengaruh keduniaan yang bersifat temporer, seperti ekonomi, politik, dan sebagainya. Agama yang mereka anut diikat oleh perasaan kemanusiaan, keharusan berbuat adil dan ketuhanan yang bersifat universal dan lintas etnis, budaya, bangsa dan sebagainya. Dengan demikian perbedaan agama tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berbuat adil dan kemanusiaan. Kenyataan inilah yang diungkapkan dalam surat al-Mumtahanah ayat 8 di bawah ini.
لاينهكم الله عن الذ ين لم يقتلو كم فى الد ين و لم يخرجو كم من دير كم ان تبروهم وتقسطوا ا ليهم ان الله يهب المقسطين 

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Namun bersamaan dengan itu, al-Qur’an secara obyektif menginformasikan adanya orang-orang yang berlainan agama yang bertindak memusuhi dan memerangi ummat Islam, yang disebabkan karena faktor-faktor yang berada di luar agama, yakni faktor ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya sebagaimana tersebut di atas. Adanya realitas seperti ini dinyatakan dalam surat al-Mumtahanah ayat 9 berikut ini.

انما ينهكم الله عن الذ ين قتلو كم فى الد ين واخر جو كم من دياركم وظهروا على اجرا جكم ان تولوهم ومن يتو لهم فاولئك هم الظلمون

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim


2.2 Tafsir Surat Ali’ Imran ayat 118

       Terhadap orang-orang yang memusuhi ummat Islam, Allah SWT mengingatkan agar bertindak waspada dan hati-hati. Mereka senantiasa mengintai orang-orang Islam untuk satu saat menjatuhkannya. Namun Allah SWT sama sekali tidak menyebutkan agama sebagai faktor yang menyebabkan mereka memusuhi orang Islam itu. Kenyataan inilah yang diungkap dalam surat Ali’Imran ayat 118 berikut ini.

يايها الذ ين امنوا لاتتخذوا بطا نة من دو نكم لا يالو نكم خبا لاودوا ما عنتم قد بدتالبغضاء من افواههم وما تخفى صدورهم اكبرقدبينا لكم الايت ان كنتم تعقلون

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sesungguhnya telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (kami), jika kamu memahaminya.


2.3 Tafsir Surat Al-Maidah ayat 5

      
Al-Qur’an mengemukakan adanya orang Yahudi dan Nasrani yang berkelakuan buruk dan harus dikutuk; dan mengakui pula adanya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang bersikap netral bahkan berbuat baik dengan penganut agama lain, khususnya orang-orang Islam.Tentang adanya Ahlu al-Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang bersifat netral antara lain dinyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 5 sebagai berikut.

اليوم احل لكم الطيبت وطعام الذين اوتو الكتب حل لكم وطعا مكم حل لهم والمحصنت من المو منت والمحصنت من الذين اوتو الكتب من قبلكم اذا اتيتموهن اجورهن محصنين غير مسا فحين ولا متخذى اخدان ومن يكفر بالايمن فقد حبط عمله وهو فى الا خرة من الخسرين

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang    merugi.


2.4 Tafsir Surat al-Kafirun, 109:1-6
       Di pihak lain terdapat pula orang-orang Ahl al-kitab, Yahudi dan Nasrani yang tidak mematuhi ajarannya. Mereka itu selanjutnya disebut sebagai orang kafir dan musyrik yang kelak akan dimasukkan ke dalam neraka jahanam karena pilihannya sendiri, yakni memilih kafir dan musyrik. Namun perlu diingat, bahwa mereka tidak semuanya, melainkan hanya sebagian kecil. Hal ini dinyatakan dalam al-Qur’an, yang artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir dari sebagian Ahl al-Kitab, dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.(Q.S. al-Bayyinah,98:6).

        Orang-orang yang demikian itulah yang suka menggangu penganut agama lain, sehingga dapat menimbulkan pertentangan antara satu dan lainnya. Mereka sering mempermainkan agama, mereka ingin mencampuradukkan antara agama yang satu dengan agama lainnya. Atau menganut agama secara berganti-gantian, yakni terkadang menganut agama yang satu dan terkandang menganut agama lainnya. Sikap yang demikian itulah yang digambarkan dalam surat al-Kafirun sebagai berikut.

قل يا يها الكفرون. لااعبد ماتعبدون. ولاانتم عبدون ما اعبد. ولاانا عا بد ما عبدتم. ولا انتم عبدون ما اعبد. لكم دينكم و لي دين.


Katakanlah: “Hai orang-orang kafir”! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku-lah agamaku. (Q.S.al-Kafirun, 109:1-6)

                                                                                                                                                                                                                                                           




BAB III
KESIMPULAN

       Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa agama Islam bukanlah faktor yang menjadi penghambat dalam membina hubungan antara pemeluk agama. Al-Qur’an al-Karim telah meletakkan ajaran tentang kerukunan hidup antara umat beragama secara adil dan proposional. Uraian tersebut menggambarkan tiga hal sebagai berikut.
Pertama, bahwa di antara penganut ummat beragama memang terdapat kelompok yang menyimpang dari agamanya. Hal ini terdapat pada semua agama, termasuk dalam penganut agama Islam sendiri. Mereka yang demikian itulah yang sering mempergunakan agama sebagai alat untuk kepentingn dan tujuan politik, kekuasaan, ekonomi dan lain sebagainya.
Kedua, bahwa diantara penganut agama lain itu ada tidak sama dengan kelompok pertama. Dalam al-Qur’an dinyatakan : Mereka itu tidak sama. Di antara Ahl al-Kitab ada golongan yang berlaku lurus. Mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud.(Q.S Ali Imran, 3:113)
terdapat kelompok yang demikian itu, ummat Islam dapat melakukan persahabatan dengan baik, dalam batas-batas yang tidak mencampuradukkan agama masing-masing.
Ketiga, ada kelompok yang ambivalen, yaitu kelompok yang keimanannya bercampur aduk antara agama-agama yang dianutnya. Kelompok ini terkadang tampil dalam format Islam dan terkadang tampil dalam format lain.
Selanjutnya dalam rangka membangun kerukunan antar Ummar beragama ini, ummat Islam harus melihat pula adanya persamaan-persamaan di antara ummat beragama tersebut. Dari segi agama mungkin berbeda. Namun sebagai manusia mereka memiliki persamaan. Mereka sama-sama keturunan Nabi Adam, diciptakan dari bahan dan struktur tubuh yang sama, hidup di bumi yang sama, makan dan minum dari bahan yang sama, menghirup udara yang sama, dibatasi oleh kematian yang sama, memiliki potensi rohaniah yang sama (yakni akal, hati, jiwa dan perasaan), kecendrungan psikologis yang sama (merasa ingin ber-Tuhan, ingin dihargai, ingin dihormati, ingin disayangi dan seterusnya). Dengan adanya banyak sekali unsur persamaan ini maka tidaklah beralasan jika perbedaan agama membawa kepada perpecahan. Secara keyakinan berbeda tetapi secara manusia adalah sama. Untuk itu jika suatu ketika ada orang yang terkena musibah, maka harus segera dibantu, tanpa mempertanyakan agama yang dianutnya. Hal yang demikian dilakukan karena musibah yang terjadi, seperti kecelakaan adalah bukan persoalan agama, tetapi persoalan kemanusiaan.  
Dalam al-Qur’an persoalan kemanusiaan ini termasuk hal yang diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara demikian itulah kerukunan antara umat beragama di Indonesia ini dapat diciptakan.                                     



BAB IV
  DAFTAR PUSTAKA


Nata, Abuddin, Haji, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar